Minggu, 28 Februari 2010

Maulid Nabi

Salahuddin Al Ayubbi, Maulid Nabi, dan Bangkitnya Semangat Kaum Muslilmin

Sabtu, 27/02/2010 08:44 WIB | email | print | share

Salahuddin Al Ayubbi adalah seorang pejuang Islam terbesar dalam Perang Salib. Bahkan orang-orang Eropa pun mengakui kehebatannya. Saladin ( sebutan Salahuddin di Eropa ) sangat ditakuti dan terkenal ditelinga orang Eropa. Salahuddin lebih dikenal dalam sejarah dunia karena tekadnya yang luar biasa kuat untuk menaklukkan kota suci Al- Quds, Palestina. Beliau juga dikenal sebagai seorang Sultan yang cinta damai dan penuh toleransi. Sedangkan masyarakat Eropa, mereka merasakan keguncangan ekonomi yang luar biasa saat melawan Salahuddin al Ayubbi. Saat itu di seluruh daratan Eropa mengumumkan kebijakan pemungutan pajak / biaya perang yang cukup tinggi untuk melawan Salahuddin. Orang – orang Eropa menyebut peristiwa ini sebagai Saladin Thite.

Saat Salahuddin menjadi Sultan, kondisi ummat Islam dalam kondisi yang mengenaskan secara rukhyah. Penyakit Wahn ( cinta dunia dan takut mati ). Penyakit hati ini menyebar dan tumbuh subur di dalam hati sebagian besar kaum muslimin sehingga api jihad benar benar padam. Sebagaimana kita tahu bahwa semangat jihad adalah modal tidak dimiliki oleh ummat lain. Sejarah membuktikan bahwa semangat jihad inilah yang menurunkan keridhoan Allah atas setiap kemengan ummat Islam. Seperti kemenangan Perang Badr, Yarmuk, Khandak, dan lainnya. Di sisi lain ukhuwah ummat muslim sangatlah hancur. Secara politik ummat Islam terpecah pecah dalam beberapa kerajaan dan kesultanan walaupun masih dalam satu kekhalifahan Abbasyah yang berpusat di Baghdad.

Melihat kondisi seperti itu, Salahuddin berpikir bahwa untuk melawan pasukan salib tidak hanya membutuhkan pasukan dalam jumlah besar, melainkan juga api jihad yang berkobar-kobar dalam setiap jiwa kaum muslimin. Salahuddin ingin membangkitkan semangat jihad dengan menghadirkan kembali semangat juang dan kepahlawanan Rasulullah Muhammad saw. Kemudian Salahuddin menggagas sebuah festival yang dinamai dengan Maulid Nabi Muhammad saw. Tujuan dari festival ini adalah untuk mengembalikan semangat juang Rasulullah dengan mempelajari sirah-sirahnya. Di festival ini, dikaji habis-habisan sirah nabawiyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai perjuangan (jihad).

Pada awalnya, gagasan Salahuddin ini di tentang oleh para ulama, karena kegiatan ini adalah bid’ah ( kegiatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah ). Salahuddin menegaskan bahwa acara ini bukanlah kegiatan ritual yang merupakan bid’ah yang dilarang, tetapi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar. Kemudian Salahuddin meminta persetujuan kepada khalifah Abbasiyah, An-Nashir di Baghdad. Dan khalifah pun setuju dengan ide Salahuddin.

Pada musim haji bulan Dzulhijjah 579 H ( 1183 M ), Salahuddin memerintahkan kepada jamaah haji untuk mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad di tempatnya masing- masing pada tahun berikutnya. Perayaah itu harus bersifat membangkitkan semnagat ummat Islam untuk kembali belajar Islam dan berjihad.

Kemudian tiba-tiba kehidupan Rasulullah saw. Muncul di seluruh penjuru negeri kaum muslimin. Kisah kepahlawanan, lika-liku kehidupan, pengorbanan dan suka duka yang dialami Rasulullah ada di pelupuk mata tiap ummat Islam. Kerinduan luar biasa dan tangis mengingat perjuangan Rasulullah membangkitkan kembali semangat jihad ummat muslim. Festival ini berhasil membangunkan kaum muslimin dari tidur panjangnya.

Selama beberapa kali dilaksanakan, festival ini terbukti efektif menghilangkan penyakit Wahn dari hati umat Islam. Gagasan Salahuddin itu berhasil mengguncang negeri Muslim. Parang tua dan pemuda berbodong-bondong di belakang Sultan untuk bersatu dalam satu barisan jihad. Kumandang jihad di dengungkan di mana-mana, di setiap sudut negeri Muslim. Api jihad yang berkobar-kobar di dalam hati membangkitkan semangat untuk menggempur pasukan salib dan membebaskan kota suci umat Islam.

Salahuddin berhasil memobilisasi pasukan dalam jumlah besar dan mengobarkan semangat jihad. Al hasil pada tanggal 27 Rajab 583 H ( 2 Oktober 1187 M ), Salahuddin dan pasukan muslimin memasuki Palestina dengan penuh kedamaian.

Banyak perdebatan tentang Maulid Nabi. Ada yang melarang tapi ada juga yang membolehkan. Tapi satu hal yang harus kita ingat tentang Maulid Nabi adalah esensi utamanya, yaitu mengingat kembali kehidupan Rasulullah untuk membangkitkan semangat mempelajari Islam dan semangat berjihad. Tapi tampaknya peringatan Maulid Nabi saat ini terasa kering. Hanya sekedar peringatan saja tanpa memberikan effek pada yang mengadakannya.

Widianto Noviansah
Mahasiswa Teknik Sipil ITB
Peserta Beasiswa PPSDMS ( Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis )


sumber : Eramuslim.com

Senin, 15 Februari 2010

Kata Mutiara

“…Aku Melihat Orang-orang Tertawa Bahagia Menyaksikan kelahiran Mu,
Maka Buatlah Mereka Menagis Tersedu-sedu merasa kehilangan Ketika Kematianmu…”
( mahatma Ghandhi )


Demikianlah kata mutiara yang keluar dari mulut orang yang paling berjasa di negri bolliwood. Mungkin diantara kita masih ada yang bingung bagaimana memahami kata mutiara yang menjadi judul pada tulisan ini. Dengan segala keterbatasan yang saya miliki, mencoba untuk memahami maksud dari kata mutiara tersebut.
Sejak dari kecil, orang tua saya selalu mengajarkan saya agar kelak menjadi orang yang bisa memberikan manfaat bagi sesama tentunya bermanfaat dalam hal kebaikan. Atas dasar hadis Rasulullah Saw ; “ sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama ”. Islam agama yang paling mulia mengajarkan kepada setiap pemeluknya hal-hal yang bisa membuat pemeluknya mulia dihadapan Tuhannya dan manusia disekitarnya. Sebenarnya banyak hal yang bisa mengangkat derajad manusia menjadi mulia tapi bodohnya kebanyakan manusia tidak bisa memanfaatkan bahkan tidak mau untuk memanfaatkan hal tersebut. Salah satu hal yang bisa mengantarkan manusia menjadi sebaik-baiknya manusia adalah menjadi orang yang mau saling membantu terhadap sesama, yang bisa menciptakan sejarah yang bermanfaat sehinnga akan selalu dikenang oleh manusia disekelilingnya. Banyak tokoh yang berasal dari kalangan orang- orang biasa yang menjadi terkenal di dunia ini karena beliau-beliau berhasil menciptakan hal yang bermanfaat bagi hajat hidup manusia.
Sebagai contoh, sang suri tauladan terbaik di dunia dan sang pencipta sejarah terbaik sepanjang zaman yakni nabi Muhammad saw. Kelahiran beliau menjadi kebahagiaan orang-orang disekitar beliau terutama kalangan suku Qurays. Mereka merasa bangga mempunyai keturunan yang sudah diramalkan akan menjadi orang besar di negri Arab kala itu. Kita semua tahu peranan beliau dalam merubah peradaban manusia jahiliyah pada masa itu. Beliau berhasil ( dengan izin Allah) menyelamatkan manusia pada masa itu dari kebodohan yang bisa mencelakakan mereka dengan perbuatan mereka padahal sesungguhnya mereka itu bukan orang-orang yang bodoh dan setiap hal yang diajarkan dan dilakukan beliau itu menjadi hal yang bermanfaat bagi orang-orang disekeliling beliau kala itu bahkan sampai saat sekarang ini. Ketika beliau wafat, dunia ini merasa kehilangan. Langit, bumi dan semua mahkluk Allah menangis karena kehilangan manusia terbaik yang pernah Allah ciptakan. Tidak ada yang bisa melupakan dan memungkiri jasa-jasa beliau.
Dan pada alinea ke empat ini saya mencoba memahami maksud dari kata mutiara yang menjadi judul pada tulisan ini. Kalau orang-orang bahagia dengan kelahiran kita apakah kita rela ketika kita meniggal orang-orang juga bahagia dengan kematian kita. Apakah suatu hal yang diinginkan manusia ketika ia meninggal orang-orang disekitarnya pada bahagia?? Kalau itu terjadi, pasti ada satu hal pada diri kita atau ada perbuatan kita yang mengganggu orang-orang itu sehinga mereka merasa tenang dan bahagia saat kita meninngal, karena tidak ada lagi yang mengusik ketentraman mereka akibat kelakuan kita. Lain halnya dengan orang-orang yang bisa memberikan kenyamanan, bisa mempersembahkan yang terbaik bagi orang-orang disekitarnya, bisa mempersembahkan hal yang bermanfaat dan bisa selalu dikenang menjadi sebuah sejarah bagi orang-orang yang merasakan manfaat dari apa yang dilakukan selama masa hidupnya di masyarakat sehingga menjadi sejarah yang tak terlupakan bagi orang-orang disekitarnya. Sehingga ketika iameninggal banyak sekali orang-orang yang sedih merasa kehilangan orang seperti itu. Intinya adalah bagaimana kehidupan kita selama ini bisa dikenang sebagai sejarah yang takkan terlupakan bagi orang-orang disekitar kita.
Menjadi orang yang bermanfaat lebih mudah ketimbang buang air di dalam celanan. Asal kita mau melakukannya. Banyak cara yang bisa megantarkan kita menjadi orang yang bermanfaat. Islam tidak mengajarkan kepada pemeluknya untuk hidup bahagia sendiri sehingga tidak memperdulikan keadaan orang-orang disekitarnya. Ketika kita makan dengan lahap apa kita pernah sadar ada tetangga kita yang tidak mampu untuk makan?ketika semua kebutuhan hidup kita dapat terpenuhi dengan mudahnya apakah pernah kita sadari ada tetangga kita yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya? Sungguh malang manusia yang tidak pernah memperdulikan saudaranya.
IRPAJA dalam rangka menggalang perubahan mencoba mengumpulkan dan mengajak pemuda-pemudi Parakan Jati yang mau mengabdikan separuh hidupnya untuk islam dan masyarakat Parakan Jati. Bersama kita menciptakan sejarah baru di kampung kita. Bersama kita menjadi manusia yang bermanfaat dengan memberikan ilmu, pengalaman dan semangat kemauan yang kita punya untuk tatanan hidup yang lebih baik lagi di kampung kita. Jangan pernah takut kekurangan akan kebutuhan hidup kita selama mengabdi, berjuang untuk islam dan masyarakat. Allah telah menjajikan bagi hamba-Nya yang mau berjuang untuk islam dan berbuat baik kepada sesama. Berjuang tidak hanya dengan mengangkat senjata, berdiri di garis depan peperangan melawan musuh-musuh islam, melakukan bom bunuh diri dan cara-cara ekstrem lainnya. Yang dibutuhkan di kampung ini adalah bagaimana caranya menjadikan masyarakat kampung ini menjadi masyarakat yang islami, yang melakukan setiap aktifitasnya berdasarkan nilai-nilai keislaman yang telah diajarkan nabi Muhammad saw agar kampung ini selalu dihiasi dengan keberkahan dan ridho Allah SWT. IRPAJA diharapkan bisa mencetak kader-kader muda islam yang peduli terhadap sesama dan tangguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman, yang kuat menahan pergaulan bebas lewat arus kebobrokan dari westernisasi dan globalisasi yang saat ini menjadi tren di kalangan pemuda INDONESIA yang bisa menjauhkan kaum muda dari agamanya. Seenggaknya pemuda-pemudi Parakan Jati ini bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.


“ Bergerak, berjuang bersama IRPAJA untuk Parakan Jati yang lebih baik “

Selasa, 02 Februari 2010

Hedonisme

Dalam kamus Collins Gem (1993) dinyatakan bahwa hedonisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Atau hedonisme adalah paham yang dianut oleh orang-orang yang mencari kesenangan hidup semata-mata (Echols,2003). Gaya hidup hedonisme sama sekali tidak sesuai dengan tujuan pendidikan bangsa kita.

Tujuan pendidikan Negara kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (pembukaan UUD 1945, alinea 4). Tujuannya tentu bukan untuk menciptakan bangsa yang hedonisme, tetapi bangsa yang punya spiritual, punya emosional quotient- peduli pada sesama dan tidak selfish atau mengutamakan diri sendiri. Apakah banyak pelajar yang berpotensi menjadi generasi yang hedonism yaitu generasi yang memandang kesenangan hidup dan kenikmatan materi sebagai tujuan yang utama ? Jawabnya adalah “ya”. Lantas apa indikatornya ?

Bahwa hedonismee sebagai fenomena dan gaya hidup sudah tercermin dari prilaku mereka sehari-hari. Mayoritas pelajar berlomba dan bermimpi untuk bisa hidup mewah. Berfoya-foya dan nongkrong di kafe, mall dan plaza. Ini merupakan bagian dari agenda hidup mereka. Barangkali inilah efek negatif dari menjamurnya mall, plaza dan hypermarket lainnya. Mengaku sebagai orang timur yang beragama, namun mereka tidak risih bermesraan di depan publik . ini adalah juga gaya hidup mereka. Hal lain yang membuat hati kita gundah- menyimak berita pada televisi dan Koran-koran bahwa sudah cukup banyak pemuda-pemudi kita yang menganut paham hidup free sex dan tidak peduli lagi pada orang-orang sekitar. Hamil di luar nikah bukan jadi ‘aib lagi, malah sudah dianggap model karena para-para model mereka juga banyak yang begitu seperti digossipkan oleh media elektronik (TV) dan media cetak (majalah, Koran dan tabloid).

Gaya hidup hedonismee tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor ekstrinsik (faktor yang datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi hamba hedonisme. Orang tua dan kaum kerabat adalah penyebab utama generasi mereka menjadi hedonisme. Mereka (atau kita) lalai untuk mewarisi anak dan keponakan dengan norma dan gaya hidup timur yang punya spiritual. Kita tidak banyak mencikaraui (campur tangan) anak tentang hal spiritual. Sebagai orang tua, kta jarang yang ambil pusing apakah anak sudah melakukan sholat atau belum, apakah lidahnya masih terbata- bata membaca alif –ba-ta, dan tidak sedih melihat remaja mereka kalau tidak mengerti dengan nilai puasa.

Kecendrungan orang tua yang pro dengan gaya hidup hedonism, memandang anak bukan sebagai titipan Ilahi. Tapi memandang anak sebagai objek untk di utak-atik. Sejak kecil anak sudah diperlakukan dengan hal yang aneh-aneh; anak dianggap lucu kalau rambutnya di gondrongkan, nyanyinya ya nyanyi tentang cinta- kalau perlu syair yang jorok. Katanya Sejak kecil anak didik bahwa shopping yang ngetren musti di mall, dan makanan yang bergizi adalah KFC atau burger. Orang tua yang pro hedonisme tidak begitu peduli dalam mengasah spiritual anak. Tidak heran kalau anak-anak mereka cenderung menjadi generasi free thingker atau generasi yang kurang diajar untuk mengenal Sang Khalik. Akibatnya mereka tumbuh jadi generasi yang rapuh, mudah putus asa dan mencari kambing hitam, bila ditimpa musibah “Aku sakit karena shio ku shio kuda, atau aku lagi sial gara-gara memakai kemeja merah ini”.

Sampai sekarang tetap orang, termasuk pelajar/generasi muda, memandang segala sesuatu yang berasal dari Barat sebagai hal yang hebat. Pelajar merasa minder kalau ketahuan lebih mengidolakan lagu daerah, lagu Minang, dan lagu dangdut. Mereka harus mengidolakan lagu dan musisi dari barat. Poster-poster figur dari Barat, artis dan atlit, patut ditempel di kamar belajar. Kemudian tiap saat mengupdate atau mengikuti perkembangan beritanya; “ oh artis atau atlit dari klub itu lagi pacaran, yang ini mau cerai, yang itu punya mobil mewah, yang itu lagi bersenang-senang dengan kekasihnya di laut caribia….wah aku patut meniru gaya hidup nya”. Demikianlah pelajar dari dalam kamarnya menyerap gaya hedonisme dari info-info tentang figur-fugur idola yang menempel di dinding kamarnya dibandingkan figur-figur intelektual, pahlawan, pendidik dan tokoh spiritual lainnya.

Faktor bacaan dan tontonan memang dapat mencuci otak pelajar untuk menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Adalah kebiasaan pelajar kalau pulang sekolah pergi dulu ke tempat keramaian, pasar, paling kurang mampir di kios penjualan majalah dan tabloid. Ada sejumlah tabloid dan majalah, ada untuk anak-anak, remaja, dan dewasa. Tabloid dan majalah untuk remaja ada yang punya tema tentang agama, olahraga, pendidikan, dan majalah/tabloid popular. Umumnya yang berbau agama dan pendidikan kurang laku. Yang paling laris adalah tabloid dan majalah remaja popular yang isinya banyak bersifat hura-hura- shopping dan kencan.

Coba ambill satu majalah pop remaja (tidak perlu sebut nama majalahnya) maka yang terlihat pada covernya adalah sepasang kaum adam-hawa yang berusia belia lagi dimabuk asmara. Kalau tidak demikian mana mungkin laku, karena pebisnis sengaja meraup untung lewat mencuci otak remaja menjadi sekuler dan hedonisme. Kemudian coba balik halaman demi halaman. Maka yang kita jumpai adalah gambar-gambar iklan seputar, parfum, make up, pakaian sexy yang sangat tidak pantas untuk orang timur yang terkenal punya budaya malu. Kemudian style rambut dan akssesori- untuk cowok rambut dipanjangkan atau model punk, diberi warna, style wanita lain lagi. Memakai celana harus melorot, jangan lupa dengan akssesori. Karena yang membelinya adalah para pelajar maka tabloid dan majalah pun telah mencuci otak mereka. Akibatnya pelajar sering bermasalah dengan disiplin sekolah.

Sampai detik ini semua sekolah di Indonesia tidak pernah mengizinkan siswa pria ya memakai anting-anting pada sebelah telinga, memakai tattoo, mengambil style rambut seperti artis atau atlit- di gunting panjang/ gondrong atau disisir punk seperti duri landak. Selanjutnya sampai detik ini sekolah tetap mengharapkan siswanya supaya berpenampilan rapi, kalau boleh gagah seperti ABRI, ke sekolah bukan ibarat artis pergi ke concert- seragam dengan celana melorot, harus tersumbul sedikit celana dalam di bagian punggung, kaki di beri gelang atau rantai, ibarat kaki gajah di Way Kambas Lampung, tangan dan jari penuh dengan akssesori. Pelajar-pelajar yang berjiwa hedonis umumnya tidak begitu menghargai waktu dan dan jalannya lemas, beda dengan kaum hedonis di Barat. Mereka kerja keras mati-matian untuk mewujudkan hedonismeenya. Sementara pelajar kita yang menyenangi gaya hidup hedonisme cenderung bekerja dan belajar santai (karena mereka punya moto: hidup santai masa depan cerah) mereka terlalu bergantung dan menghabiskan harta orang tua.

Pengaruh tontonan, tayangan televisi (profil sinetron, liputan tokoh selebriti dan iklan) juga mengundang pelajar untuk mengejar hedonisme. Majalah remaja popular dan kebanyakan tema televisi sama saja. Isinya banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan, perceraian, pernikahan. hamil di luar nikah dan bermesraan di muka publik sudah nggak apa-apa lagi, cobalah dan lakukanlah ! seolah-olah beginilah ajakan misi televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak menghibur.

Rancangan majalah popular dan tema televisi komersil di negara kita memang sedang menggiring pelajar menjadi generasi konsumerisme bukan memotivasi mereka untuk menjadi generasi produktif. Tema iklannya adalah “manjakanlah kulitmu”. Andaikata semua pelajar dan mahasiswa melakukan hal yang demikian, memuja kulit. Pastilah sawah dan ladang, serta lahan-lahan subur makin banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua takut jadi hitam. Pada hal untuk manusia yang patut dimuliakan adalah kualitas intelektual, kualitas spiritual dan kualitas hubungan dengan manusia (kualitas fikiran dan keimanan).

Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa banyak pelajar dengan gaya hidup hedonisme yang mereka sadur lewat budaya hedo dari barat, terinspirasi oleh model-model atlit dan artis yang info perkembangannya selalu mereka update tiap saat. Kemudian gaya hidup hedo (hedonisme) juga diperkaya oleh suguhan majalah pop remaja dan belasan stasiun televisi swasta yang bernuansa sekuler dengan gaya hidup figur yang penuh glamour dan kepalsuan. Namun ada bedanya, yaitu tokoh tokoh yang bergaya hidup hedonisme dari dunia Barat dan dari Indonesia sendiri, mereka memperoleh gaya hidup hedonisme lewat kerja keras. Sementara remaja dan juga mahasiswa (juga banyak terjebak dalam gaya hedonisme) menjadi hedonism dengan cara bermimpi, kadang-kadang tampil keren karena memakai baju dan celana pinjam atau hidup dengan gaya hedonisme lewat menggunakan fasilitas orang tua, inilah yang dikatakan sebagai hedonisme picisan.

Memilih gaya hidup hedonime, terus terang tidak akan pernah memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Ibarat minum air garam, makin diminum makin haus. Bagi yang belum terlanjur menjadi pengidola hedonisme maka segeralah balik kiri, berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kebahagian hidup ada pada hati yang bening, saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan akar-akar spiritual- kembali ke jalan Ilahi, tumbuhkan jiwa peduli pada sesama- buang jauh jauh karakter selfish (mementingkan diri sendiri), dan miliki multi kekuatan – kuat otak, kuat otot, kuat kemampuan berkomunikasi, kuat beribadah, dan kuat mencri rezki.